AW Gurukula Bangli Melaksanakan Kegiatan Gurukula ARTS Festival IV Bayu dengan Tema : Uttamanino Kahuripan

Bangli, Bali 6 September 2022 - Dalam rangka mengembangkan potensi seni dan budaya di kalangan generasi muda, sekaligus memperkuat jati diri melalui nilai-nilai luhur pendidikan Hindu, AW Gurukula Bangli kembali menggelar Gurukula ARTS Festival IV dengan tema “Bayu Uttamanino Kahuripan”. Kegiatan ini berlangsung meriah di lingkungan Pasraman Gurukula Bangli selama tiga hari, dan diikuti oleh ratusan siswa dari berbagai jenjang pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan AW Gurukula Bangli. Tema Bayu Uttamanino Kahuripan, yang secara filosofi berarti semangat kebajikan sebagai napas kehidupan, diangkat sebagai refleksi atas pentingnya energi positif dalam menjaga keseimbangan hidup, membangkitkan kreativitas, serta memperkuat identitas budaya bangsa. Festival ini menjadi panggung bagi siswa-siswi Gurukula untuk menampilkan bakat seni mereka dalam berbagai bentuk pertunjukan, mulai dari tari klasik Bali, drama kolosal, tabuh, pembacaan sloka, hingga pameran karya seni rupa dan kriya berbasis bahan daur ulang. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Ketua Yayasan AW Gurukula Bangli, yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa Gurukula ARTS Festival bukan sekadar ajang unjuk bakat, tetapi juga sebagai wadah pendidikan karakter dan spiritual yang menanamkan nilai dharma, estetika, serta semangat gotong royong. Ia juga mengapresiasi kerja keras para guru, siswa, dan panitia yang telah mempersiapkan acara ini dengan penuh dedikasi. Festival ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi dan ekspresi seni, namun juga momentum mempererat tali persaudaraan antar siswa, membangun rasa percaya diri, dan meningkatkan kecintaan terhadap warisan budaya lokal. Semangat kebersamaan, kesederhanaan, dan kearifan lokal terasa sangat kental dalam seluruh rangkaian kegiatan. Selama pelaksanaan festival, suasana lingkungan Pasraman Gurukula Bangli dipenuhi dengan semangat kreativitas dan spiritualitas. Setiap sudut dihiasi oleh hasil karya siswa yang mencerminkan kekayaan budaya serta kepedulian terhadap lingkungan. Pameran seni rupa menampilkan lukisan bertema alam, patung dari bahan alam, serta kerajinan tangan hasil daur ulang yang mengangkat pesan pelestarian alam semesta sebagai bagian dari ajaran Tri Hita Karana. Salah satu momen yang paling ditunggu dalam festival ini adalah pertunjukan drama kolosal berjudul "Bayu Prana Kahuripan", yang mengisahkan perjalanan seorang tokoh muda dalam menemukan makna hidup melalui perjuangan, nilai-nilai kebajikan, dan koneksi dengan alam. Pertunjukan ini memadukan seni teater, tari, musik tradisional, serta visualisasi multimedia sederhana yang digarap secara mandiri oleh siswa dan guru, mencerminkan semangat kolaborasi yang kuat. Di sela-sela pertunjukan, dilaksanakan pula sesi workshop seni dan diskusi budaya yang menghadirkan seniman lokal serta alumni Gurukula yang telah berkarya di bidang seni dan pendidikan. Mereka berbagi pengalaman tentang pentingnya menjadikan seni sebagai sarana pendidikan karakter, sekaligus membangun jembatan antara tradisi dan inovasi di era modern. Kegiatan ini tidak hanya mendapat sambutan hangat dari warga sekolah, tetapi juga dari masyarakat sekitar yang turut hadir menyaksikan dan memberikan apresiasi. Banyak orang tua siswa merasa bangga melihat anak-anak mereka tampil percaya diri, kreatif, dan tetap berpegang pada nilai-nilai spiritual Hindu yang diajarkan di Gurukula. Sebagai penutup, diadakan refleksi bersama serta persembahan tari Rejang sebagai simbol syukur atas kelancaran acara. Festival ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan seni dan budaya mampu menjadi jantung dari pembentukan karakter generasi muda yang cerdas, berbudi pekerti, dan berakar pada budaya bangsa.